Tips Agar Supaya Rekening Tidak Gampang Dibobol Hacker

Tips Agar Supaya Rekening Tidak Gampang Dibobol Hacker. (Detik.com -  6 Juni 2014 ) Jakarta - Pengguna layanan internet banking di Indonesia sudah semakin tinggi. Hingga 2013, angkanya mencapai 23 juta orang. Hal ini dibarengi banyaknya pengguna telepon seluler (ponsel) di Indonesia yang mencapai 297 juta orang.Ketua Working Group IT Perbanas Moh. Guntur menyebutkan maraknya penggunaan teknologi diikuti potensi bahaya teknologi informasi atau cyber crime. Namun, ada cara untuk bisa menghindari bahaya ini. Menurut Guntur, cara paling sederhana adalah dengan tidak memberitahukan kode PIN kepada orang lain termasuk keluarga.
"PIN harus dijaga. Tidak boleh di-share ke orang lain walaupun itu keluarga, saudara, anak atau siapa pun, ini bisa jadi indikasi. Lakukan identifikasi nasabah dengan password, ini membuat nasabah kurang nyaman tapi ini penting termasuk no HP harus registered," ujar dia saat ditemui di Hotel Le Meridien, Jakarta.
Tak hanya itu, Guntur menyebutkan, usahakan saat melakukan transaksi perbankan melalui internet banking disarankan jangan menggunakan sambungan internet wi-fi umum atau menggunakan jasa warung internet (warnet).
"Jangan dari warung internet atau warnet, jangan pakai wifi yang bareng-bareng juga, ini mudah dilacak," katanya.


Guntur menjelaskan, cyber crime di dunia perbankan biasanya terjadi melalui duplikasi kartu ATM atau yang biasa disebut skimming. Pelaku merekam pita kuning yang berada di body kartu ATM.
Guntur mendesak semua perbankan di Indonesia untuk segera menerapkan sistem penggunaan chip pada kartu debet masing-masing perbankan. Pasalnya, melalui chip ini dimungkinkan untuk bisa meminimalisir cyber crime.
"Oktober 2014 kartu debet mulai di-convert ke chip sampai akhir 2015 sehingga nanti 2016 sudah terpasang chip semua. Ini ditargetkan akhir tahun 2015 atau awal 2016 harus ready termasuk mesin ATM dan EDC-nya. Saat ini baru kartu kredit, nanti semua kartu debet diberlakukan," kata Guntur.
Memang, kata Guntur, untuk menerapkan sistem ini butuh biaya tinggi. Pasalnya, untuk satu pemasangan chip pada kartu debet dibutuhkan biaya US$ 1,5 per chip.
"USD 1,5 per chip, kalau ada 10 juta kartu jadi USD 10 juta. Potensi cyber crime terus mengancam. Karena transaksi e-banking terus meningkat. Kalau pun terjadi kerugian, perbankan akan ganti secara penuh karena ini merupakan risiko bisnis layanan digital. Standar kartu chip ini diharapkan data dan nomor kartu nasabah tidak mudah di-skimming," pungkasnya.
Selain itu, ada juga melalui card trapping. Modus melalui phising atau penggunaan email untuk penyalahgunaan email nasabah juga kerap dilakukan "Biasanya skimming banyak, sebenarnya ini kasus lama, tapi muncul lagi. Ada card trapping juga tapi sudah jarang karena sudah banyak teknologi canggih, processor jadi sudah tidak melalui penjebakan, biasanya melalui call center palsu tapi masyarakat sudah aware," jelas dia.

(Sumber:Detik.com)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons